Bioteknologi
Tanaman Kentang
Tanaman
pangan dunia yang tidak kalah penting adalah kentang. Seperti halnya
padi, kentang juga menjadi komoditas utama yang menjadi obyek penerapan
bioteknologi tanaman. Teknik bioteknologi saat ini telah banyak digunakan
dalam produksi kentang. Baik dalam teknik penyediaan bibit, pemuliaan
kentang, hingga rekayasa genetika untuk meningkatkan sifat-sifat unggul
kentang. Dalam hal penyediaan bibit, saat ini teknik kultur jaringan
telah banyak digunakan. Teknik kultur jaringan memungkinkan petani
mendapatkan bibit dalam jumlah besar yang identik dengan induknya.
Teknik
kultur jaringan juga dapat digunakan untuk menghasilkan umbi mikro (microtuber)
. Produksi kentang dari umbi mikro dan umbi konvensional menurut
penelitian tidak berbeda nyata. Skema produksi bibit kentang melalui
teknik kultur jaringan . Umbi mikro kentang Selain itu teknik
kultur jaringan pada tanaman kentang juga bermanfaat terutama untuk preservasi in
vitro, fusi protoplas dan membantu dalam seleksi pada skema pemuliaan
tanaman. Pemuliaan kentang dilakukan untuk meningkatkan sifat-sifat
unggul dan menambah sifat baru sesuai kondisi yang diharapkan. Salah satu
kendala utama produksi kentang adalah serangan penyakit yang tinggi sehingga
pemuliaan kentang sering diarahkan untuk meningkatkan tingkat ketahanan tanaman
terhadap penyakit. Jika dilakukan secara konvensional diperlukan
sedikitnya 15 tahun untuk menghasilkan kultivar baru. Hal ini terjadi
karena kentang komersial pada umumnya adalah tetraploid sehingga persilangan
kentang akan menghasilkan keragaman yang sangat tinggi. Untuk mengatasi
permasalahan ini teknik seleksi awal dengan teknik in vitro telah
dilakukan serta dapat juga dilakukan melalui marker assisted breeding (MAS).
Untuk meningkatkan sifat ketahanan dan sifat lain pendekatan rekayasa genetika
juga telah dilakukan melalui fusi protoplast dan tranformasi genetik.
Contoh
pemanfaatan teknik transformasi agrobacterium pada tanaman kentang adalah
dengan menyisipkan gen dari spesies liar yaitu Rpi-blb, Rpi-blb2 yang dapat
meningkatkan ketahanan terhadap Phytopthora infestans. Kentang
tersebut dinamakan dengan kultivar Kathadin. Contoh lain adalah kentang dengan
kandungan pati yang tinggi yang dapat menghasilkan kentang goreng dan kripik kentang
dengan kualitas yang lebih baik karena menyerap lebih sedikit minyak ketika
digoreng. Kentang ini dirakit dengan rekayasa genetika dengan menginsert gen
dari bakteri ke kentang Russet Burbank. Gen tersebut dapat meningkatkan
kandungan pati umbi yang dihasilkan dan menurunkan penyerapan minyak sewaktu
digoreng. Hal ini dianggap menguntungkan karena dapat menurunkan biaya
produksi sekaligus lebih sehat bagi konsumen.
Uji lapangan kultivar Katahdin terhadap serangan Phytopthora
infestans. Tampak Kathadin lebih tahan dibandingkan dengan kentang kontrol
Nama : Ari Putra
Wirawan
Nomor : 06
Kelas : XII IPA 4
Tidak ada komentar:
Posting Komentar