1.Pengertian
sistem koloid
Koloid
adalah campuran heterogen dua fase dari dua zat atau lebih diman
partikel-partikel berukuran kaloid tersebar/terdispersi merata dalam zat lain.
Zat yang tersebar/terdispersi sebagai partikel koloid disebut fase
terdispersi. Sedangkan zat yang merupakan fase kontinu dan menyatukan
partikel koloid terdispersi di sebut medium pendispersi. Ukuran partikel
koloid berkisar antara 10-7 – 10-5 cm (1-100 nm). Contoh
dari koloid adalah cat, protein dalam darah, dan susu.
2. Klasifikasi suspensi kasar ,
larutan sejati , koloid
Sistem dispersi adalah sistem dimana
suatu zat tersebar merata (fase terdispersi) di dalam zat lain (fase
pendispersi atau medium). Fase terdispersi bersifat diskontinu (terputu-putus)
sedangkan medium disperse bersifat kontinu. 3 jenis sistem disperse yaitu ;
Larutan
Larutan adalah keadaan dimana zat
terlarut (molekul, atom, ion) terdispersi secara homogen dalam zat pelarut.
Larutan bersifat stabil dan tak dapat disaring. Diameter partikel zat terlarut
lebih kecil dari 10-7 cm. Contoh : larutan gula, larutan garam
Suspensi
Suspensi adalah keadaan dimana zat
terlarut terdipersi secara heterogen
dalam zat
pelarut, sehingga partikel-partikel zat terlarut cenderung mengendap dan dapat
dibedakan dari zat pelarutnya.. Suspensi bersifat diskontinu, dapat disaring
dan merupakan sistem 2 fase. Diameter partikel zat terlarut lebih besar dari 10-5
cm. Contoh: air kopi, air kapur
Koloid
Koloid adalah suatu campuran yang
keadaannya berada diantara larutan dan suspensi/larutan kasar. Koloid terlihat
sebagai campuran homogen, namun digolongkan sebagai campuran heterogen secara
mikrokopis. Koloid umumnya bersifat tidak stabil dan tidak dapat disaring.
Diameter zat terlarut antar 10-7-10-5 cm.
Perbandingan Sifat Larutan, Koloid dan
Suspensi.
Larutan(Dispersi Molekuler)
|
Koloid (Dispersi Koloid)
|
Suspensi (Dispersi Kasar)
|
Contoh : larutan gula
|
Contoh : susu
|
Contoh : air kopi
|
- Homogen,
tak dapat dibedakan walaupun menggunakan mikroskop ultra
- Diameter
partikel lebih kecil dari 10-7 cm.
- Satu
fase
- Stabil
- Tak
dapat disaring dan tak memisah ketika didiamkan
- Jernih
- Bersifat
transparan dan meneruskan cahaya
|
- Secara
makroskopis bersifat homogen tetapi heterogen jika diamati dengan
mikroskop ultra (campuran antara homogen dan heterogen)
- Diameter
partikel antara 10-7 sampai 10-5 cm.
- Dua fase
- pada
umumnya stabil
- tidak
dapat disaring kecuali dengan penyaring ultra dan tak memisah ketika
didiamkan
- Tidak
jernih
|
- Heterogen
(Campuran)
- Diameter
partikel lebih besar dari 10-5 cm
- Dua fase
- Tidak
stabil
- Dapat
disaring dan memisah ketika didiamkan
- Tidak
jernih
- Dapat
menghamburkan cahaya
|
3. Jenis – jenis koloid berdasarkan
fase terdispersi dan fase pendispersi
Aerosol
Sistem koloid dari partikel padat atau
cair yang terdispersi dalam gas disebut aerosol. Jika zat yang terdispersi
berupa zat padat disebut aerosol padat. Contoh aerosol padat : debu buangan
knalpot. Sedangkan zat yang terdispersi berupa zat cair disebut aerosol cair.
Contoh aerosol cair : hairspray dan obat semprot.
Untuk menghasilkan
aerosol diperlukan suatu bahan pendorong (propelan aerosol). Contoh propelan
aerosol yang banyak digunakan yaitu CFC dan CO2.
Sol
Sistem koloid dari partikel padat yang terdispersi dalam
zat cair disebut sol. Contoh sol : putih telur, air lumpur, tinta, cat dan
lain-lain. Sistem koloid dari partikel padat yang terdispersi dalam zat padat
disebut sol padat. Contoh sol padat : perunggu, kuningan, permata (gem).
1. Sol Padat
Sol padat merupakan sol di dalam medium pendispersi
padat. Contohnya adalah paduan logam, gelas berwarna, dan intan hitam.
2. Sol Cair (Sol)
Sol cair merupakan sol di dalam medium pendispersi cair.
Contohnya adalah cat, tinta, tepung dalam air, tanah liat, dll.
3.Sol Gas (Aerosol Padat)
Sol gas merupakan sol di dalam medium
pendispersi padat. Contohnya adalah debu di udara, asap pembakaran, dll.
Emulsi
Sistem koloid dari zat cair yang
terdispersi dalam zat cair lain disebut emulsi. Sedangkan sistem koloid dari
zat cair yang terdispersi dalam zat padat disebut emulsi padat dan sistem
koloid dari zat cair yang terdispersi dalam gas disebut emulsi gas. Syarat
terjadinya emulsi yaitu kedua zat cair tidak saling melarutkan. Emulsi
digolongkan ke dalam 2 bagian yaitu emulsi minyak dalam air dan emulsi air
dalam minyak.. Contoh emulsi minyak dalam air : santan, susu, lateks. Contoh
emulsi air dalam minyak : mayonnaise, minyak ikan, minyak bumi. Contoh emulsi
padat : jelly, mutiara, opal. Emulsi terbentuk karena pengaruh suatu
pengemulsi (emulgator). Misalnya sabun dicampurkan kedalam campuran minyak dan
air, maka akan diproleh campuran stabil yang disebut emulsi.
1. Emulsi Gas (Aerosol Cair)
Emulsi gas merupakan emulsi di dalam medium
pendispersi gas. Aerosol cair seperti hairspray dan baygon, dapat membentuk
system koloid dengan bantuan bahan pendorong seperti CFC. Selain itu juga
mempunyai sifat seperti sol liofob yaitu efek Tyndall, gerak Brown.
2. Emulsi Cair
Emulsi
cair merupakan emulsi di dalam medium pendispersi cair. Emulsi cair melibatkan campuran dua zat
cair yang tidak dapat saling melarutkan jika dicampurkan yaitu zat cair polar
dan zat cair non-polar. Biasanya salah satu zat cair ini adalah air dan zat
lainnya seperti minyak.
3. Emulsi Padat atau Gel
Gel merupakan emulsi didalam medium pendispersi zat padat. Gel dapat dianggap
terbentuk akibat penggumpalan sebagian sol cair. Pada penggumpalan ini,
partikel-partikel sol akan bergabung membentuk suatu rantai panjang. Rantai ini
kemudian akan saling bertaut sehingga terbentuk suatu struktur padatan di mana
medium pendispersi cair terperangkap dalam lubung-lubang struktur tersebut.
Buih
Sistem koloid dari gas yang terdispersi
dalam zat cair disebut buih, sedangkan sistem koloid dari gas yang terdispersi
dalam zat padat disebut buih padat.Buih digunakan dalam proses pengolahan biji
logam dan alat pemadam kebakarn. Contoh buih cair : krim kocok (whipped cream),
busa sabun. Contoh buih padat : lava, biskuit.
Buih dapat
dibuat dengan mengalirkan suatu gas ke dalam zat yang mengandung pembuih dan
distabilkan oleh pembuih seperti sabun dan protein. Ketika buih tidak
dikehendaki, maka buih dapat dipecah oleh zat-zat seperti eter, isoamil dan
alkohol.
1. Buih Cair (Buih)
Buih cair adalah sistem koloid dengan fase
terdispersi gas dan medium pendispersi zat cair. Biasanya fase terdispersi gas
berupa udara atau CO2. Kestabilan buih diperoleh karena adanya
zat pembuih (surfaktan). Zat ini teradsorpsi ke daerah antar fase dan mengikat
gelembung-gelembung gas sehingga diperoleh kestabilan.Contohnya
adalah buih yang dihasilkan alat pemadam kebakaran dan kocokan putih telur.
§ Sifat-sifat buih cair ialah:
Struktur buih cair
berubah dengan waktu karena drainase (pemisahan medium pendispersi) akibat
kerapatan fas dan zat cair yang jauh berbeda, rusaknya film antara dua
gelembung gas, dan ukuran gelembung gas menjadi lebih besar akibat difusi. Struktur
buih cair dapat berubah jika diberi gaya dari luar.
2. Buih Padat
Buih padat adalah sistem koloid dengan fase terdispersi gas dan medium pendispersi zat
padat. Kestabilan buih padat diperoleh dari zat pembuih (surfaktan). Beberapa
buih padat yang kita kenal adalah roti, styrofoam, batu apung,dll. Sebagai
catatan, tidak terdapat buih gas, dimana medium pendispersi dan fase
terdispersi sama-sama berupa gas. Hal itu karena campuran dari keduanya
tergolong sebagai larutan.
Gel
Sistem koloid dari zat cair yang terdispersi dalam zat
padat dan bersifat setengah kaku disebut gel. Gel dapat terbentuk dari suatu
sol yang zat terdispersinya mengadsropsi medium dispersinya sehingga terjadi
koloid yang agak padat. Contoh gel : agar-agar, semir sepatu, mutiara,
mentega.Campuran gas dengan gas tidak membentuk sistem koloid tetapi suatu
larutan sebab semua gas bercampur baik secara homogen dalam segala perbandingan.Berdasarkan sifat keelastisitasnya,
gel dapat dibagi menjadi:
1. Gel elastis
Gel yang bersifat elastis, yaitu dapat berubah bentuk jika diberi gaya dan kembali ke
bentuk awal jika gaya ditiadakan. Contoh adalah sabun dan gelatin
2.
Gel non-elastis
Gel
yang bersifat tidak
elastis, artinya tidak berubah jika diberi gaya. Contoh adalah gel silika.
4. Sifat-Sifat Koloid Sol
1. Efek Tyndall
Efek tyndall ini ditemukan
oleh John Tyndall (1820-1893), seorang ahli fisika Inggris. Oleh karena itu
sifat itu disebut efek tyndall. Efek tyndall adalah efek yang
terjadi jika suatu larutan terkena sinar. Pada saat larutan sejati (gambar kiri) disinari dengan cahaya, maka larutan
tersebut tidak akan menghamburkan cahaya, sedangkan pada sistem koloid (gambar
kanan), cahaya akan dihamburkan. hal itu terjadi karena partikel-partikel
koloid mempunyai partikel-partikel yang relatif besar untuk dapat menghamburkan
sinar tersebut. Sebaliknya, pada larutan sejati, partikel-partikelnya relatif
kecil sehingga hamburan yang terjadi hanya sedikit dan sangat sulit diamati.
2. Gerak
Brown
Jika kita amati
system koloid dibawah mikroskop ultra, maka kita akan melihat bahwa
partikel-partikel tersebut akan bergerak membentuk zigzag. Pergerakan zigzag
ini dinamakan gerak Brown.
Pergerakan tersebut dijelaskan pada penjelasan berikut:
Partikel-partikel
suatu zat senantiasa bergerak. Gerakan tersebut dapat bersifat acak seperti
pada zat cair dan gas, atau hanya bervibrasi di tempat seperti pada zat padat.
Untuk system koloid dengan medium pendispersi zat cair atau gas, pergerakan
partikel-partikel akan menghasilkan tumbukan dengan partikel-partikel koloid
itu sendiri. Tumbukan tersebut berlangsung dari segala arah. Oleh karena ukuran
partikel cukup kecil, maka tumbukan yang terjadi cenderung tidak seimbang.
Sehingga terdapat suatu resultan tumbukan yang menyebabkan perubahan arah gerak
partikel sehingga terjadi gerak zigzag atau gerak Brown. Semakin kecil ukuran
partikel koloid, semakin cepat gerak Brown terjadi. Demikian pula, semakin
besar ukuran partikel kolopid, semakin lambat gerak Brown yang terjadi. Hal ini
menjelaskan mengapa gerak Brown sulit diamati dalam larutan dan tidak ditemukan
dalam zat padat (suspensi).
Gerak Brown juga dipengaruhi oleh
suhu. Semakin tinggi suhu system koloid, maka semakin besar energi kinetic yang
dimiliki partikel-partikel medium pendispersinya. Akibatnya, gerak Brown dari
partikel-partikel fase terdispersinya semakin cepat. Demikian pula sebaliknya,
semakin rendah suhu system koloid, maka gerak Brown semakin lambat.
3.Elektroforesis
Oleh karena partikel sol bermuatan listrik, maka partikel
ini akan bergerak dalam medan listrik. Pergerakan ini disebut elektroforesis. Untuk lebih jelas, mari kita lihat
tabung berikut di samping. Pada gambar, terlihat bahwa partikel-partikel koloid bermuatan positif
tersebut bergerak menuju elektrode dengan muatan berlawanan, yaitu elektrode
negatif. Jika sistem koloid bermuatan negatif, maka partikel itu
akan menuju elektrode positif.
4.Koagulasi
Jika partikel-partikel koloid tersebut bersifat netral,
maka akan terjadi penggumpalan dan pengendapan karena pengaruh gravitasi.
Proses penggumpalan dan pengendapan ini disebut koagulasi.
Beberapa contoh koagulasi adalah sebagai berikut :
1. Pada pengolahan karet, partikel-partikel karet dalam
lateks digumpalkan dengan penambahan asam asetat atau asam format sehingga
karet dapat dipisahkan dari lateksnya.
2. Partikel tanah liat yang dikandung
air sungai akan mengendap tatkala berjumpa dengan air laut yang mengandung
banyak elektrolit sehingga terjadilah delta di muara sungai.
3. Jika bagian tubuh mengalami luka
maka ion Al3+ atau Fe3+ segera menetralkan partikel
albuminoid yang dikandung darah sehingga terjadi penggumpalan darah yang
menutupi luka.
4. Lumpur koloidal dalam air sungai
dapat digumpalkan dengan menambahkan tawas. Sol tanah liat dalam air biasanya bermuatan
negatif sehingga akan digumpalkan oleh ion Al3+ dari tawas
(aluminium sulfat)
5. Asap atau debu dari pabrik/industri
dapat digumpalkan dengan alat koagulasi listrik dari Cottrel.
§ Penetralan partikel koloid dapat
dilakukan dengan 4 cara, yaitu
1. Menggunakan
prinsip elektroforesis
Proses elektroforesis adalah pergerakan partikel-partikel
koloid yang bermuatan ke elektrode dengan muatan berlawanan. Ketika partikel
ini mencapai elektrode, maka system koloid akan kehilangan muatannya dan
bersifat netral.
2.Penambahan
koloid lain dengan muatan berlawanan
Ketika koloid bermuatan positif dicampur dengan koloid
bermuatan negatif, maka muatan tersebut akan saling menghilang dan bersifat
netral.
3. Penambahan elektrolit
Jika suatu elektrolit ditambahkan pada system koloid,
maka partikel koloid yang bermuatan negatif akan
mengasorpsi ion positif (kation) dari elektrolit. Begitu juga sebaliknya,
partikel positif akan mengasorpsi ion negative (anion) dari elektrolit. Dari
adsorpsi diatas, maka terjadi proses koagulasi.
4.Pendidihan
Kenaikan suhu sistem koloid menyebabkan jumlah tumbukan
antara partikel-partikel sol dengan molekul-molekul air bertambah banyak. Hal
ini melepaskan elektrolit yang teradsorpsi pada permukaan koloid. Akibatnya
partikel tidak bermuatan.
5. Proses
pembuatan sol
Ada dua dasar metode pembuatan koloid sol, yaitu metode
kondensasi dan metode dispersi.
v Metode kondensasi
Metode di mana partikel-partikel kecil larutan sejati
bergabung membentuk partikel-partikel berukuran koloid. Proses ini melibatkan
penggabungan partikel-partikel larutan (atom, ion). Hal ini dilakukan melalui
beberapa reaksi kimia, yaitu dekomposisi rangkap, hidrolisis, redoks, dan
penggantian pelarut.
Ø Reaksi dekomposisi rangkap
Sol As2S3 dibuat dengan
mengalirkan gas H2S perlahan melalui larutan As2O3
dingin sampai terbentuk sol As2S3 yang berwarna kuning
terang
As2O3
+
3 H2S →
As2S3 (koloid) + 3H2O
Sol
AgCl dibuat dengan mencampurkan larutan AgNO3 dan larutan HCl encer.
AgNO3
+ HCl → AgCl
(koloid) + HNO3
Ø Reaksi Hidrolisis
Sol Al(OH)3 dapat diperoleh dari
reaksi hidrolisis garam Al dalam air mendidih
AlCl3
+ 3H2O
→ Al(OH)3 (koloid)
+ 3HCl
Sol Fe(OH)3 dapat
diperoleh dari rekasi hidrolisis garam Fe dalam air mendidih
FeCl3
+ 3H2O →
Fe(OH)3 (koloid) + 3HCl
Ø Reaksi redoks
Sol Au daoat dibuat dengan mereduksi larutan
garamnya menggunakan pereduksi organik formaldehida HCHO
2AuCl3
+ 3HCHO + 3H2O
→ 2Au (koloid) + 6HCl + 3HCOOH
Ø Penggantian pelarut
Belerang
sukar larut dalam air, tetapi mudah larut dalam alcohol seperti etanol. Jadi,
untuk membuat sol belerang dengan medium pendispersi air, belerang dilarutkan
terlebih dahulu dalam etanol sampai jenuh. Stelah iut, larutan belerang dalam
etanol ini ditambahkan sedikit demi sedikit ke dalam air sambil diaduk.
Belerang akan menggumpal menjadi partikel koloid akibat penurunan kelarutan
belerang dalam air.
v Metode Dispersi
Metode
di mana partikel-partikel besar dipecah menjadi partikel-partikel berukuran
koloid yang kemudian didispersikan dalam medium pendispersinya. Caranya dapat berupa cara mekanik
maupun peptisasi
Ø Mekanik
Pengertian dengan cara mekanik adalah penghalusan partikel-partikel kasar zat
padat dengan penggilingan untuk membentuk partikel-partikel berukuran koloid.
Alat yang digunakan disebut penggilingan koloid.Alat penggilingan koloid
terdiri dari 2 pelat baja dengan arah rotasi berlawanan. Partikel kasar akan dimasukkan
ke ruang antara kedua pelat tersebut dan selanjutnya digiling. Partikel
berukuran koloid yang terbuntuk kemudian didispersikan dalam medium
pendispersinya untuk membuat system koloid. Contoh koloid yang dibuat dalam
proses ini ialah koloid grafit untuk pelumas, tinta cetak, cat, dan sol
belerang.
Ø Cara peptisasi
Cara peptisasi adalah proses
dispersinya endapan menjadi system koloid dengan penambahan zat pemecah. Zat
pemecah yang dimaksud adalah elektrolit, terutama yang mengandung ion sejenis,
atau pelarut tertentu. Sebagai contoh: Jika pada endapan Fe(OH)3 ditambahkan
elektrolit FeCl3 (mempunyai ion Fe3+ yang sejenis) maka
Fe(OH)3 maka Fe(OH)3 akan mengadsorpsi
ion-ion Fe3+ tersebut. Sehingga, endapan menjadi bermuatan
positif dan memisahkan diri untuk membentuk partikel-partikel koloid.
Ø Cara busur Bredig
Cara busur Bredig digunakan untuk membuat sol logam seperti Ag, Au, dan Pt.
Alat yang digunakan dapat disimak pada gambar berikut. Logam yang akan diubah
menjadi partikel-partikel koloid digunakan sebagai elektrode. Dua elektrode
logam dicelupkan ke dalam medium pendispersi (air dingin) sedemikian sehingga
kedua ujungnya saling berdekatan. Kemudian kedua elektrode diberi loncatan
listrik. Panas yang timbul akan menyebabkan logam menguap. Uapnya kemudian akan
terkondensasi dalam medium pendispersi dingin. Hasil kondensasi ini berupa
partikel-partikel koloid.
§ Pemurnian
Koloid Sol
Partikel dari zat pelarut
bisa mengganggu kestabilan koloid sehingga harus dimurnikan. Ada 3 metode yang dapat digunakan, yaitu
dialisis, elektrodialisis, dan penyaring ultra.
1. Dialisis
Pergerakan ion-ion dan molekul kecil melalui selaput semipermeabel
(yang tidak dapat dilalui partikel koloid) disebut diasis. Percobaannya dengan
menaruh sistem koloid pada selaput semipermeabel, lalu menaruhnya di air. Zat
yang terlarut di dalam air kemudian akan keluar dari selaput itu, sedangkan
system koloid tidak. Lalu air dialirkan sehingga mengambil zat-zat yang
terlarut.
2. Elektrodialisis
Elektrodialisis merupakan proses dialisis di bawah
pengaruh medan listrik. Listrik tegangan tinggi dialirkan melalui 2 layar logam
yang menyokong selaput semipermeabel. Kemudian, partikel-partikel zat terlarut
dalam system koloid berupa ion-ion akan bergerak menuju electrode dengan muatan
berlawanan. Adanya pengaruh medan listrik pempercepat proses pemurnian.
3. Penyaring Ultra.
Apabila kertas saring tersebut diresapi
dengan selulosa seperti selofan, maka ukuran pori-pori akan berkurang.Kertas
saring ini telah dimodifikasi menjadi penyaring ultra.
6.Koloid Liofob dan liofil
Sistem koloid di mana partikel
terdispersinya mempunyai daya adsorpsi relatif besar disebut koloid liofil yang
bersifat lebih stabil. Sedangkan jika partikel terdispersinya mempunyai gaya
absorpsi yang cukup kecil, maka disebut koloid liofob yang bersifat kurang
stabil. Yang berfungsi sebagai koloid pelindung ialah koloid liofil. Koloid
yang memiliki medium dispersi cair dibedakan atas koloid liofil dan koloid
liofob. Suatu koloid disebut koloid liofil jika terdapat gaya tarik-menarik
yang cukup besar anatar zat terdispersi dengan mediumnya. Partikel-partikel
koloid dapat mengadsorpsi cairan sehingga terbentuk selubung cairan
disekeliling partikel koloid. Jika cairannya berupa air maka istilahnya adalah
hidrofil. Koloid hidrofil mempunyai gugu ionik atau gugus polar di permukaannya
sehingga mempunyai interaksi yang baik dengan air. Butir-butir koloid
liofil/hidrofil dapat mengadsorpsi molekul mediumnya sehingga membentuk suatu
selubung. Hal tersebut disebut solvatasi/hidratasi sehingga kolid terhindar
dari agregasi (pegelompokkan). Sol hidrofil tidak akan menggumpal pada penambahan
sedikit elektrolit. Zat padat yang dipisahkan dari sol hidrofil dicampurkan
kembali dengan air maka dapat membentuk kembali sol hidrofil, atau dengan kata
lain bersifat reversible. Contoh sol hidrofil : kanji, protein dan agar-agar.
Koloid hidrofob adalah sistem koloid yang gaya
tarik-menarik antar zat terdispersi dengan mediumnya sangat lemah atau tidak
ada. Partikel-partikel koloid tidak mengadsropsi caoran. Jikan cairannya berupa
air maka disebut hidrofob. Koloid hidrofob tidak akan stabil dalam medium polar
seperti air tanpa kehadiran zat pengemulsi atau koloid pelindung. Zat
pengemulsi membungkus partikel koloid sehingga tidak terjadi koagulasi. Sol
hidrofob dapat mengalami koagulasi pada penambahan sedikit elektrolit. Sekali
zat terdispersi dipisahkan, tidak akan membentuk sol kembali dengan air. Contoh
sol hidrofob : sol sulfida dan sol-sol logam.
Sol liofob/
hidrofob mudah terkoagulasi dengan sedikit penambahan elektrolit, tetapi
menjadi lebih stabil jika ditambahkan koloid pelindung yaiut koloid liofil. Berikut ini penjelasan yang lebih
lengkap mengenai koloid liofil dan liofob:
- Koloid liofil (suka cairan)
adalah koloid di mana terdapat gaya tarik-menarik yang cukup besar antara
fase terdispersi dan medium pendispersi. Contoh, disperse kanji, sabun,
deterjen.
- Koloid liofob (tidak suka
cairan) adalah koloid di mana terdapat gaya tarik-menarik yang lemah atau
bahkan tidak ada sama sekali antar fase terdispersi dan medium pendispersinya.
Contoh, disperse emas, belerang dalam air.
Sifat-Sifat
|
Sol
Liofil
|
Sol
Liofob
|
Pembuatan
|
Dapat
dibuat langsung dengan mencampurkan fase terdispersi dengan medium
terdispersinya
|
Tidak
dapat dibuat hanya dengan mencampur fase terdispersi dan medium pendisperinya
|
Muatan
partikel
|
Mempunyai
muatan yang kecil atau tidak bermuatan
|
Memiliki
muatan positif atau negative
|
Adsorpsi
medium pendispersi
|
Partikel-partikel
sol liofil mengadsorpsi medium pendispersinya. Terdapat proses solvasi/
hidrasi, yaitu terbentuknya lapisan medium pendispersi yang teradsorpsi di
sekeliling partikel sehingga menyebabkan partikel sol liofil tidak saling
bergabung
|
Partikel-partikel
sol liofob tidak mengadsorpsi medium pendispersinya. Muatan partikel
diperoleh dari adsorpsi partikel-partikel ion yang bermuatan listrik
|
Viskositas
(kekentalan)
|
Viskositas
sol liofil > viskositas medium pendispersi
|
Viskositas
sol hidrofob hampir sama dengan viskositas medium pendispersi
|
Penggumpalan
|
Tidak
mudah menggumpal dengan penambahan elektrolit
|
Mudah
menggumpal dengan penambahan elektrolit karena mempunyai muatan.
|
Sifat
reversibel
|
Reversibel,
artinya fase terdispersi sol liofil dapat dipisahkan dengan koagulasi,
kemudian dapat diubah kembali menjadi sol dengan penambahan medium
pendispersinya.
|
Irreversibel
artinya sol liofob yang telah menggumpal tidak dapat diubah menjadi sol
|
Efek
Tyndall
|
Memberikan
efek Tyndall yang lemah
|
Memberikan
efek Tyndall yang jelas
|
Migrasi
dalam medan listrik
|
Dapat
bermigrasi ke anode, katode, atau tidak bermigrasi sama sekali
|
Akan
bergerak ke anode atau katode, tergantung jenis muatan partikel
|
7. Pembuatan
Koloid Emulsi
Demulsifikasi
Kestabilan
emulsi cair dapat rusak akibat pemanasan, pendinginan, proses sentrifugasi,
penambahan elektrolit, dan perusakan zat pengelmusi.
Pengenceran
Emulsi dapat
diencerkan dengan penambahan sejumlah medium pendispersinya.
8.Peranan koloid pada industri kosmetik , industry makanan
dan industri farmasi
Sistem koloid banyak digunakan pada
kehidupan sehari-hari, terutama dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini disebabkan
sifat karakteristik koloid yang penting, yaitu dapat digunakan untuk mencampur
zat-zat yang tidak dapat saling melarutkan secara homogen dan bersifat stabil
untuk produksi dalam skala besar.
Berikut ini adalah
tabel aplikasi koloid:
Jenis industri
|
Contoh aplikasi
|
Industri
makanan
|
Keju,
mentega, susu, saus salad
|
Industri
kosmetika dan perawatan tubuh
|
Krim,
pasta gigi, sabun
|
Industri
cat
|
Cat
|
Industri
kebutuhan rumah tangga
|
Sabun,
deterjen
|
Industri
pertanian
|
Peptisida
dan insektisida
|
Industri
farmasi
|
Minyak
ikan, pensilin untuk suntikan
|
Berikut
ini adalah penjelasan mengenai aplikasi koloid:
1. Pemutihan Gula
Gula tebu yang masih berwarna dapat
diputihkan. Dengan melarutkan gula ke dalam air, kemudian larutan dialirkan
melalui sistem koloid tanah diatomae atau karbon. Partikel koloid akan
mengadsorpsi zat warna tersebut. Partikel-partikel koloid tersebut mengadsorpsi
zat warna dari gula tebu sehingga gula dapat berwarna putih.
2.Penggumpalan Darah
Darah mengandung sejumlah koloid
protein yang bermuatan negatif. Jika terjadi luka, maka luka tersebut dapat
diobati dengan pensil stiptik atau tawas yang mengandung ion-ion Al3+
dan Fe3+. Ion-ion tersebut membantu agar partikel koloid di protein
bersifat netral sehingga proses penggumpalan darah dapat lebih mudah dilakukan.
3. Penjernihan Air
Air keran (PDAM) yang ada saat ini mengandung partikel-partikel koloid tanah
liat,lumpur, dan berbagai partikel lainnya yang bermuatan negatif. Oleh karena
itu, untuk menjadikannya layak untuk diminum, harus dilakukan beberapa langkah
agar partikel koloid tersebut dapat dipisahkan. Hal itu dilakukan dengan cara
menambahkan tawas (Al2SO4)3.Ion Al3+
yang terdapat pada tawas tersebut akan terhidroslisis membentuk partikel koloid
Al(OH)3 yang bermuatan positif melalui reaksi:
Al3+
+ 3H2O →
Al(OH)3 + 3H+
Setelah itu,
Al(OH)3 menghilangkan muatan-muatan negatif dari partikel koloid
tanah liat/lumpur dan terjadi koagulasi pada lumpur. Lumpur tersebut kemudian
mengendap bersama tawas yang juga mengendap karena pengaruh gravitasi.
Kesimpulan :
Sistem koloid dapat ditemukan dalam
kehidupan sehari-hari. Sebagai contoh, cat adalah sistem koloid dengan campuran
heterogen zat padat yang tersebar merata dalam zat cair. Demikian pula udara
dan debu di dalamnya yang membentuk suatu sistem kolid. Di dalam tubuh
mekanisme ginjal kita merupakan sistem koloid.
1. Sistem koloid merupakan campuran
heterogen dua fase dari dua zat atau lebih di mana partikel-partikel fase terdispersi berukuran koloid antara 10-7-10-5
cm tersebar atau terdispersi merata dalam medium pendispersinya
2. Perbedaan antara larutan , suspensi
dan koloid adalah larutan terdispersi secara homogen , sedangkan suspensi
terdispersi secara heterogen , dan koloid terdispersi secara campuran homogen ,
namun dikelompokkan menjadi heterogen. Diameter larutan yakni lebih kecil kecil dari 10-7 cm sedangkan diameter suspensi yakni lebih besar dari 10-5 cm dan diameter koloid yakni terlarut antar 10-7-10-5 cm.
3. Berdasarkan fase terdispersinya,
sistem koloid dikelompokkan menjadi :
a)
Sol,
dengan zat padat sebagai fase terdispersi , yakni sol padat , sol cair , dan sol gas (aerosol
padat)
b)
Emulsi,
dengan zat cair sebagai fase terdispesi, yakni emulsi padat , emulsi cair , dan
emulsi gas (aerosol cair)
c)
Buih,
dengan gas sebagai fase terdispersinya, yakni buih padat dan buih cair
4. Sol memiliki beberapa sifat yaitu :
a)
Efek
Tyndall adalah sifat menghamburkan cahaya
b)
Gerak
Brown adalah gerak acak partikel dalam medium pendispersi (cair atau gas)
c)
Elektroforesis adalah pergerakan partikel koloid
dalam medan listrik. Partikel koloid positif menuju katode sedangkan partikel
negatif menuju anode
d)
Koagulasi adalah proses penggumpalan
partikel-partikel koloid dan pengendapannya
5. Sol dapat dibuat menggunakan :
a)
Metode
kondensasi ( dekomposisi rangkap, hidrolisis, reaksi redoks dan penggantian
pelarut
b)
Metode
dispersi ( metode mekanis , metode peptidasi , dan busur bredig )
Permunian koloid dapat dilakukan
dengan :
·
Dialisis
·
Elektrodialisis
·
Penyaringan Ultra
6. Koloid dengan zat sebagai medium
pendispersinya dapat dibedakan :
a)
Koloid
liofil , dengan gaya tarik-menarik yang kuat besar antara fase terdispersi dan
medium pendispersinya
b)
Koloid
liofob , dengan gaya tarik-menarik yang lemah atau tidak ada gaya tarik-menarik
antara fase terdispersi dan medium pendispersinya
7. Pembuatan Koloid Emulsi
a)
Demulsifikasi adalah kestabilan emulsi cair dapat rusak
akibat pemanasan, pendinginan, proses sentrifugasi, penambahan elektrolit, dan
perusakan zat pengelmusi.
b)
Pengenceran , emulsi dapat diencerkan dengan penambahan sejumlah medium
pendispersinya.
8. Koloid umumnya dijumpai dalam
kehidupan sehari-hari seperti di alam (tanah, air, dan udara), industri,
kedokteran , sistem kehidupan , dan pertanian. Di industri, aplikasi koloid
untuk produksi cukup luas, dikarenakan sifat salah satu koloid yang penting,
yaitu mencampur zat-zat yang tidak dapat saling melarutkan guna mendapatkan campuran
homogen dan stabil untuk produksi.
Contoh
aplikasinya :
a)
Industri
makanan : keju, mentega, susu, saus salad
b)
Industri
kosmetika dan perawatan tubuh : krim, pasta, sabun
c)
Industri
cat : cat
d)
Industri
kebutuhan rumah tangga : sabun, detergen
e)
Industri
pertanian : pestisida, insektisida
f)
Industri
farmasi : minyak ikan, penisilin untuk suntikan
Beberapa
contoh aplikasi sistem koloid lainnya :
a)
Pemutihan
gula
b)
Penggumpalan Darah
c) Penjernihan Air